Sabtu, 10 Desember 2011

Apakah Cinta Itu Virus Yang Menodai Hati?

Cinta Itu Virus

Ada sebuah pemahaman dari beberapa orang yang telah lama sekali menggelitik hatiku dan kerap kali membuatku bertanya-tanya, yaitu bahwa dia takut untuk jatuh cinta sebab cinta itu menodai hati dan beristighfar karenanya.

Pertanyaan yang lama muncul di hatiku adalah, apakah benar jatuh cinta itu menodai hati? Lalu bagaimana dengan orang yang sedang mengalami jatuh cinta? Sementara ia adalah sebuah fitrah dan naluri dasar yang dimiliki setiap manusia yang tak mungkin dihindari bahkan menuntut dipenuhi.

Sangat tidak logis sekali apabila Allah Menciptakan naluri dasar dalam diri setiap makhluknya dengan resiko dosa sementara ia tidak memiliki kemampuan untuk menghentikannya karena ia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi, sebagaimana orang lapar yang harus dipenuhi dengan makan.

Pada dasarnya, masing-masing dari kita mempunyai potensi kehidupan (Thoqoh Hayawiyyah) yang terbagi menjadi dua. Pertama, kebutuhan tubuh sehari-hari (Hajah Udhwiyyah). Kedua, naluri (Ghorizah). Dan kedua hal ini membutuhkan pemenuhan saat munculnya keinginan, dan jika tidak dipenuhi maka menimbulkan keresahan.

Hanya saja dalam pemenuhannya, ada yang sangat mendesak, dan jika tidak dipenuhi bahkan bisa mengancam nyawa seseorang. Dan adakalanya pemenuhannya tidak mendesak, namun jika tidak terpenuhi menimbulkan ketidaktenangan.

Hajah Udhwiyyah (kebutuhan tubuh), adalah hal yang dalam pemenuhannya membutuhkan segera dan harus (dhoruri), jika tidak dipenuhi maka bisa membuat mati seseorang. Semisal lapar, haus, mengantuk, keinginan buang air kecil, atau buang air besar.

Adapun Ghorizah (naluri) adalah sesuatu yang dalam usaha pemenuhannya, andai tidak terpenuhi tidak lantas menyebabkan seseorang mati, namun bisa menimbulkan keresahan luar biasa.

Ghorizah (naluri) ini sendiri ada tiga. Pertama, Ghorizah Tadayyun (naluri beragama). Kedua, Ghorizah Baqo' (naluri bertahan hidup). Ketiga, Ghorizah Nau' (naluri jatuh cinta, atau kecondongan pada lain jenis).

Maka tentu saja, jika kita menilik potensi kehidupan yang terdapat dalam diri kita, maka jatuh cinta pada awalnya adalah bukanlah sesuatu yang seketika itu menyebabkan dosa apalagi menodai hati.

Dari sini kita harus membedakan antara Cinta Allah dan jatuh cinta pada lain jenis. Kedua cinta ini sama sekali bukanlah satu kata cinta yang sering kita kenal. Meski definisi cinta masih sangat absurd, namun kedua jenis cinta ini benar-benar berbeda dan tidak sama.

Maka tentu kesalahan anggapan apabila menyamakan antara Cinta pada Allah, pada Rasulnya, dengan cinta kepada makhluk.

Oke, banyak diantara kita takut menduakan cintanya kepada Allah, bahkan sampai tingkat takut syirik apabila sampai jatuh cinta pada selain Allah, pada makhluk.

Ketakutan ini muncul sebab kekurangpahaman kita akan potensi dan naluri yang telah tercetak dalam diri kita masing-masing.

Maka tentu saja yang dibutuhkan adalah kecerdasan kita dalam memanage hati dan mengendalikannya saat mengalami jatuh cinta pada makhluk. Bagaimana naluri yang fitrah ini bisa terlampiaskan tanpa harus menjadi dosa.

Sebab tentu saja pelampiasan naluri yang tidak pada tempatnya, yang tidak sesuai dengan tatacara syariat, maka itulah yang menyebabkan dosa. Semisal melampiaskannya dengan berpacaran atau yang lebih dari itu.

Adapun jatuh cintanya sendiri, saat masih murni dengan berupa pendar-pendar merah jambu yang belum terungkapkan, dengan masih berputar dalam lingkup hati serta belum terungkapkan dengan kata-kata, itu sama sekali bukanlah merupakan suatu dosa. Dan juga tidak mengurangi nilai cinta kita pada Allah dan Rasul-Nya, apalagi sampai membuat syirik.

Lhah, kan bisa membuat kedekatan kita pada Allah jadi berkurang dengan terpecahnya konsentrasi? Oke, pertanyaan yang terarah, dan jawaban atas pertanyaan ini adalah hal itu kembali kepada kecerdikan kita dalam memanage rasa cinta yang mendadak timbul di hati.

Keberkurangan "Cinta pada Allah" saat munculnya rasa cinta pada lain jenis adalah sebab ketidakpandaian kita dalam mengatur cinta itu. Bukan sebab terbaginya cinta menjadi dua. Sebab cinta pada Allah itu hal, dan cinta pada makhluk juga hal yang lain. Bukan satu hal yang sama.Ini yang perlu kita pahami agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Catatan ini bukan lantas mentolelir jatuh cinta semaunya ke siapa saja, tetapi catatan ini menunjukkan bahwa seperti inilah hakikat cinta. Agar tidak timbul kebingungan yang semakin menambah keabsurdan tentang cinta itu sendiri yang justru membuat kacau balau manajemen hati kita saat cinta itu mendadak muncul.

Akhir catatan, pernyataan bahwa cinta adalah virus, sebenarnya adalah kesalahan besar. Cinta bukan virus, karena cinta adalah bagian dari hidup kita sendiri, dan ia adalah potensi dalam diri kita yang membutuhkan manajemen tersendiri. Pemahaman yang harus diluruskan. Wallahu a'lam.

8 komentar: